Kemalasan membentuk pengagungan
Terkadang kita keliru dalam suatu yang sebenarnya tidak kita pahami dalam dua pihak, membanding antar dua komponen, bangsa, suku, geografi atau paapun itu, kita selalu membanding keduanya dalam suatu sentimen atau pemahaman sepihak yang berlandaskan pembelajaran kepada keadan pribadi namun dalam satu sisi tidak pernah paham terhadap yang menjadi pembanding.
Kita tidak bisa membanding orang agama Islam dan Kristen atau apapun dengan keyakinan mana yang benar, karena keduanya memiliki lingkungan dan pengalaman berbeda terhadap sebuah proses pemahaman. Latar belakang inilah kemudian yang membentuk mereka untuk menemukan sebuah kebenaran yang dia yakini dan tentu kebenarannya yang dia pahamilah yang dia anggap benar bukan yang lain.
*Topografi
Dalam lain hal kita membandingkan negara yang beriklim sub-tropis dan tropis, orang sub-tropis memiliki kecendrung untuk bersantai dan bermalas-malasan dalam rumah karena memiliki iklim ekstrim dalam keadaan tertentu. Berbeda dengan orang yang tinggal di daerah tropis yang mempunyai waktu banyak untuk memanfaatkan waktu dan menghasilkan sesuatu.
Namun kenapa yang tinggal diiklim sub-tropis terlihat lebih maju dalam hal teknologi? Boleh kita anggap karena mereka mempunyai insting alamiah untuk menjawab tantangan yang mereka hadapi. Tidak mungkin orang Eropa bakalan tahan menahan kedinginan tanpa menciptakan pakaian hangat atau pakaian tebal untuk membuat suhu tubuh stabil atau menciptakan teknologi pertanian yang terlihat canggih seperti bertani dalam rumah dengan memanfaatkan lampu untuk pencahayaan. Itu semua dilakukan karena mereka mengalami musim dingin yang cukup panjang.
Lalu banyak orang yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia membandingkan bahwa teknologi Eropa lebih maju? Setidaknya jika kemajuan teknologi itu dipandang terhadap sesuatu yang tidak ada di tempat kita atau secara geografis sangat berbeda, maka sama artinya kita membanding orang dengan ikan, jelas berbeda. Tentu daerah tropis akan menghasilkan teknologi baru yang jauh berbeda dari daerah sub-tropis.
Sekarang kita ingin banding hal lain, seandai dalam teknologi pesawat terbang atau kapal laut yang jelas kita kalah jauh dari negara-negara Eropa atau Amerika. Hal ini yang sebenarnya membuat kita banting kepala jika kemajuan teknologi itu tergantung topografi, jelas kita negara kepulauan yang tentu akan lebih maju dalam teknologi pesawat terbang dan kapal. Tentu hal ini juga bukan perkara sejarah saja, ada hal-hal lain yang tentu akan mempengaruhi, seperti politik, politik kepentingan bisa membuat yang akan terjadi baik dibalik menjadi petaka.
*Kebarat-baratan
Pemahaman kita bahwa barat lebih maju tentu tidak. Karena keduanya memiliki keadaan yang berbeda sehingga kemajuan yang di bandingkan itu akan menghasilkan penilaian yang terkadang tidak logis. Namun kita memiliki kecendrungan untuk memilih atau meyakini salah satunya, sehingga kita menyimpulkan bahwa daerah ini lebih maju dari daerah lainnya, negara ini lebih maju dari negara lainnya atau hal lain. Dan kita cenderung mengatakan barat lebih maju? Tentu itu pandangan yang sebenarnya anda tidak paham atau anda berada pada keadaan kemalasan tertentu sehingga tidak berbuat sesuatu untuk menghasil suatu penciptaan atau penemua. Dan anda akan menjadi pengagum orang dalam posisi anda yang tak pernah berusaha.
Segala sesuatu selalu berkiblat pada barat, mulai dari teknologi digital, pertanian, dan bahkan gaya dan pola hidup pun ikut. Padahal kita mempunyai kultur yang telah dilahirkan oleh nenek moyang kita sendiri. Kita tidak melihat kejadian sebelum kita dan memilih keputusan dengan hanya melihat orang lain (barat) sehingga kita sering menyoal masyarakat desa yang hidup sederhana dan membandingkannya dengan masyarakat kota. Menyoal tentang anak-anak yang bermain layang-layang dengan dalih sudah ketinggalan zaman. Inti dari kesalahan kita adalah membandingkan sesuatu yang bertolak belakang, kita tidak percaya lagi dengan segala kebudayaan yang kita punya sehingga mengadopsi dari luar. Bukan kita harus anti tapi kita selalu ingin ikut dan sama dengan orang (barat) namun kita lupa bahwa ubi dan singkong itu adalah makan khas kita bukan spageti.
Sekarang kita lihat dampak terlalu kebarat-baratan, dalam segi tekhnologi barat jauh lebih unggul, bahkan banyak tekhnologi ditemukan disana. Dunia pendidikan, kita mengikuti perkembangan zaman memanfaatkan digital dan pada saat pandemi ini sangat tampak percepatannya, tapi satu hal yang harus kita lihat ulang seberapa siap kita menerima itu. Anak kecil belum siap dihadapkan pada dunia Maya yang penuh akan keluasan informasi yang bahkan banyak mengandung unsur-unsur yang tidak sehat. Tapi kita tetap ngotot melakukan itu, makanya tak jarang anak-anak lebih suka main game dari pada baca buku atau sekedar main bola sama teman-temannya dan mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dan baik dari pada melototi gawai dan berusaha menghibur diri.
Salam.


Komentar
Posting Komentar