SEDAYU
Sepeda motor yang kukenakan menggelincir melalui hamparan sawah, ladang jagung, dan sarat akan suasana desa. Orang-orang kota tercengang, "aku merasa hidup, lubang hidungku semacam mengendus-endus semacam anjing mencari bangkai — udara begitu enak dihirup, bising kota tidak terdengar, debur angin begitu enak dirasa pada sekujur tubuh." Seorang ibu mengibas-ngibaskan sepotong bambu, diujungnya terikat sepotong kain layak bendera. Mulutnya sambil bersuara, haa…his...hus..., dengan teriakan lantang sambil mengibas-ngibas. Pipit-pipit beterbangan. Sialnya, pipit hanya terbang ke sisi lain dari sebidang sawah, seorang ibu meski tampak lelah dan kesal harus tetap mengibar-ngibar sampai situasi terkendali. Entah sampai kapan. Yang jelas saat matahari sudah hilang dari penglihatan, dan suasana mulai gelap, ia harus pulang. Saat itu pula ia merasa pipit bukanlah hewan malam, ia juga butuh tidur. Besoknya ia melakukan hal yang sama, mengusir pipit, berpanas-panasan dengan teriaka...




